Friday, January 11, 2013
Tadabur 'Alam 2013 (Spiritualitas Sebagai Aset Organisasi)
Pada tanggal 19 Januari 2013 BES (Badan Eksekutif Santri) mengadakan Kegiatan Tadabur 'Alam yang akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah, Turen, Kab. Malang dengan tema "Spiritualitas Sebagai Aset Organisasi"
“Tadabbur
‘Alam” bagi para pengurus BES, merupakan salah satu jalur Pembinaan generasi
muda yang difokuskan pada kompetensi individu dimana kader-kader penerus
perjuangan bangsa bukan hanya slogan “Pemuda Harapan Bangsa”. Dengan Tadabbur ‘Alam
memberikan suatu upaya kepada para santri agar mampu untuk sadar diri
dalam meningkatkan spiritualitas IMTAQ sehingga mampu membentuk generasi yang iman, Islam, ihsan dan berjiwa
kepemimpinan. Sadar diri dimaksudkan untuk memahami dirinya sendiri sebagai
santri dan mampu untuk memahami dan mengatur dirinya sesuai tanggung jawab
seorang santri. Setelah itu mereka harus mampu meningkatkan
spiritualitas IMTAQ serta mengembangkan pengetahuan
dalam kehidupan sosial. Dengan
demikian para santri dapat mengenal aspek-aspek yang terkait dengan hal-hal
tersebut, baik dalam aspek akademik maupun
nonakademik seperti agama,
sistem, budaya, dan hal-hal lainnya, yang terakhir para santri akan diajak
untuk mengaplikasikan terhadap hal-hal yang telah mereka pelajari tentunya
dengan berpegang teguh pada kekuatan spiritualitas, aqidah, moral serta budaya
bangsa sehingga dapat membentuk pribadi yang religious dan
berkarakter.
Pada fitrahnya manusia dilahirkan
sebagai makhluk sosial. Sebagai santri yang lebih dipandang sebagai ”agent of change” (agen perubahan), mereka
akan dituntut untuk terjun di masyarakat yang memiliki tingkat kemajemukan
lebih tinggi dibandingkan ketika berada di tengah civitas akademik ponpes. Yang
dimaksud agen perubahan di sini dimana seorang santri dituntut untuk lebih
mampu memainkan peran menjadi agen/subyek perubahan dalam arti mengubah hal-hal
yang kurang baik menjadi hal yang lebih baik. Sedangkan agen control yakni posisi seorang santri
yang peka akan dinamika sosial dan kritis terhadap kebijakan baik pemerintahan,
pondok pesantren, dan semua hal yang menyimpang dari kehidupan bermasyarakat
demi terwujudnya keadaan yang adil sejahtera dan demokratis. Sehingga dalam hal
ini spiritualitas dianggap penting adanya dalam sebuah organisasi dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah menjadi kesepakatan bersama.