Wednesday, February 1, 2012
Pilar Kebangkitan Umat
Beberapa tahun yang silam, mantan pengurus PBNU KH. Dr. Hasyim Muzadi pernah
berdialog dan menginformasikan pernah bertemu dengan pemimpin spiritual di
Vatikan Paus Paulus. Pak Paus ini menanyakan kabar umat Islam di Indonesia.
Dengan diplomatis maka Kyai menjawab, oh..baik dan kalau ingin melihat kondisi
umat Islam Indonesia maka Pak Paus silahkan datang dan melihat pada saat shalat
Idul Fitri dan Idul Adha. Apa yang dikatakan Pak Kyai ini sesungguhnya ingin
menjunjukkan segi kuantitas umat Islam di negeri kita. Namun bila kita ingin
mengetahui kualitasnya jawabannya tentu lain dan kita bisa melihat gambarannya
ketika shalat shubuh berjama’ah.
Sepanjang
yang saya ketahui baik di masjid besar, sedang, kecil, mushalla, langgar, yang
namanya jama’ah shalat shubuh paling banyak hanya dua shaf bahkan terkadang
satu shaf saja tidak penuh. Inilah sesungguhnya gambaran kondisi jumlah
kualitas umat Islam di Indonesia. Untuk itu jangan salahkan kalau umat Islam
selalu dimarginalkan, ditindas, terbelakang, tidak bisa menjadi tuan di negeri
sendiri. Hal ini karena umat ini perlu terus berbenah diri meningkatkan
kualitasnya agar ke depan umat Islam di Indonesia benar-benar memiliki full
power menjadi masyarakat yang mandiri, berdikari, yang memiliki peradaban
tinggi serta menjadi pemimpin di antara negara-negara kecil atau besar di
dunia.
Ada
tiga pilar sedikitnya yang harus ditegakkan agar umat Islam ini bangkit dari
keterpurukan yang ada selama ini yakni dengan mengkualitaskan spiritualitas,
ilmu dan persatuan kesatuan di antara sesama muslim. Bercermin pada negara Cina
dan Jepang sebagai negara tetangga Indonesia, kedua negara tersebut menjadi
negara yang diperhitungkan oleh negara-negara Barat. Kehebatan dan kebesaran
dua negara tersebut di sebut-sebut karena memiliki ajaran spiritual yang
menyebabnya masyarakatnya bangkit dan memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Di Cina ada ajaran Taoisme dan di Jepang
ada Budhisme Zen.
Kalau Cina dan Jepang saja dengan ajaran
spiritual yang dimiliki itu mampu mempengaruhi masyarakatnya untuk bangkit
bersaing dan menjadi disegani negara-negara di dunia, seharusnya umat Islam
lebih dari itu. Hal ini karena umat Islam ini mempunyai ajaran spiritual jauh
lebih hebat yang dibawa oleh rasulullah Muhammad Saw. Michail A. Heart dalam
buku yang ditulisnya tentang seratus tokoh hebat di dunia, Nabi Muhammad ternyata
ditetapkan sebagai tokoh yang paling hemat nomor wahid mengungguli Nabi Isa dan
para ilmuan di dunia seperti Plato, Newton, Enstin, dan lainnya. Kehebatan dan
kesuksesan beliau dalam kepemimpinan, berkarya, mewujudkan revolusi, reformasi,
inovasi dan masyarakat madani berperadaban tinggi yang sampai saat ini
pengaruhnya dirasakan seluruh masyarakat dunia, sesungguhnya tidak lepas dari dimensi
spiritual yang ada dalam diri beliau. Muhammad Saw meraih hasil luar biasa itu melalui sebab yang tidak
bisa lepas dari keberadaan dan praktek spiritualitas. (John Clark Archer
B.D: 2007).
Kalaulah umat ini benar-benar spiritualis
sejati, maka ia akan menjadi dekat dengan Tuhannya. Kedekatan dengan Allah ini menyebabkan dalam
dirinya mengalir Nur Allah (energi-Nya). Energi ini akan menggerakkan umat
menjadi bangkit dan beraktivitas positif serta terus berkarya (Ronda Byrne: 2008).
Namun bila umat ini telah melakukan spiritualitas tetapi justru dirinya tetap
menjadi terbelakang tanpa ada perubahan yang berarti maka spiritualitas yang
dilakukannya tentu ada yang salah, masih bersifat ritualitas belaka dan belum
menyentuh esensi dari ibadahnya.
Selanjutnya kalau kita masih mau bercermin
dari dua negara Cina dan Jepang, ternyata kedua negara tersebut menjadi hebat
dan terung bangkit dari keterpurukan karena keduanya sangat konsisten terhadap
kualitas keilmuan. Hal ini sampai Nabi Saw sendiri berseru agar umat Islam tak
segan-segan menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Kita mungkin bisa
juga melihat bagaimana dalam hal perhatian Jepang terhadap keilmuan. Berangkat
dari perhatian terhadap kualitas keilmuan ini Jepang hanya dalam waktu tiga
puluh tahun kembali bangkit dari keterpurukan dan diperhitungkan negara-negara
di dunia. Pada tahun 1945 setelah negara ini dibombardir Sekutu, maka Perdana
Menteri Jepang berteriak keras, yang dicari justru bukan tentaranya yang masih
hidup berapa tetapi para gurunya atau orang yang berilmu. Namu sebaliknya
Indonesia yang baru merdeka dari keterpurukan pada tahun yang sama hingga saat
ini ternyata masih sangat jauh tertinggal dengan Jepang.
Pilar yang ketiga yang harus ditegakkan
umat ini agar bangkit dari keterpurukan, yakni dengan membangun muslim human
relation. Persoalan ini sangat penting sekali karena kalau tidak umat ini
akan terus carut marut, terus berseteru dan tidak bisa menghargai antara satu
dan yang lainnya, merasa paling benar dan hebat sehingga yang terjadi
perpecahan, dan menyebabkan lemah, mudah tertindas, dan termarjinalkan. Untuk
mengakhiri urain ini tidak ada salahnya kalau kita merenungkan dan mengambil
spirit dari firman Allah,
Artinya:”...Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman (spiritualis) di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Qs. al-Mujaadilah (58): 11).
Artinya:”Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai,
...” (Qs. Ali Imran (3): 103)
Artinya: ”Dan janganlah kamu
menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat’. (Qs. Ali Imran (3): 105)
Bertitik tolak dari keterangan ini maka
sudah saatnya umat Islam untuk saat ini membangun tiga pilar dalam kehidupannya
baik sebagai makhluk individu, sosial, religius ataupun berbangsa dan bernegara
Indonesia. Kita tidak cukup hanya membanggakan kuantitas umat ini, jauh dari
itu dan tak kalah pentingnya umat ini harus terus menjaga dan meningkatkan
kualitasnya baik kualitas akan keimanan (spiritul)-nya, keilmuannya (pendidikan)
dan persatuan kesatuannya. Saat ini, esok dan yang akan datang umat ini harus terus
bangkit menuju masyarakat madani, berperadaban tinggi, adil makmur, sejahtera, toto
tentrem kerto raharjo. Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Amim.
Penulis: Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, MM
Direktur Ponpes Mahasiswa Jagad 'Alimussirry
Direktur PPS STAI Al-Khoziny Sidoarjo